Minggu, 08 Maret 2009

Green Computing

. Minggu, 08 Maret 2009

Sejalan dengan merebaknya berbagai issue seputar global warming, maka munculah sejumlah istilah sebagai solusi bagi masalah global warming tersebut, misal green car, green technology, green house dll. Issue seputar ini adalah adalah terkait dengan berbagai aktivitas keseharian manusia yang selalu menghasilkan carbon dioxide [CO2] dimana unsur ini adalah salah unsur yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan berdampak pada pemanasan global.

Istilah green bla-bla-bla ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia ramah lingkungan. Maka beberapa istilah diatas pengertiannya menjadi kendaraan ramah lingkungan, rumah ramah lingkungan. Diantara sekian banyak istilah green bla-bla-bla, maka terdapat pula istilah yaitu green computing.

Pada dasarnya, Green Computing adalah suatu study dan praktek penggunaan sumberdaya komputer secara efisien. Efisiensi ini dapat dilakukan antara lain melalui pengurangan pemakaian listrik dan pembuangan limbah lingkungan secara berlebihan ketika menggunakan komputer. Dalam hal ini diakui atau tidak, penggunaan sejumlah alat-alat komputer sering diikuti dengan kebiasaan dalam hal pemborosan penggunaan sumber daya seperti listrik, kertas. Mengingat life cycle dari komputer sangat cepat sekali, maka dari waktu ke waktu jumlah komputer usang semakin bertambah. Bisa anda lihat di lingkungan anda sendiri berapa banyak komputer usang yang kini tertumpuk di gudang.

Di lingkungan kantor saya sendiri, ketika terjadi regenarasi komputer, maka hal berikutnya yang sulit untuk dipecahkan adalah masalah shifting komputer generasi lama. Beberapa komputer masih layak untuk digunakan secara terbatas, misalnya sebagai terminal bagi LTSP, sebagian lagi dijadikan ajang kanibalisme bagi komputer-komputer agak lama. Sisanya…? ya.. terpaksa ditumpuk di gudang. Beberapa sekolah kadang meminta bantuan komputer-komputer bekas, namun kadang gak tega kalau sekedar memberikan komputer bekas, karena belum tentu bisa dipakai, hanya sekedar tertinbum juga di gudangnya mereka.

Di sejumlah negara maju, karena banyaknya komputer usang ini, maka muncul sejumlah aturan terkait dengan daur ulang. Aturannya sebearnya tidak hanya untuk komputer saja, namun lebih general pada berbagai alat dimana mekanisme daur ulangnya diatur untuk kemudahan konsumen. Maka untuk kemudahan proses daur ulang, diberikan sejumlah saran bagi produsen komputer dengan istilah komputer green computing atau ramah lingkungan.

Untuk dapat mewujudkan green computing maka terdapat beberapa hal mendasar yaitu : pemakaian bahan produksi yang ramah lingkungan, penggunaan energi alternative, teknologi virtualization, managemen penggunaan daya, serta pemakaian piranti yang hemat energi.

  • Produk ramah lingkungan.Dalam setiap produk yang berkaitan dengan dunia computer [PC, note book, dll] mesti memerhatikan efek lingkungan. Bahan yang di gunakan mestilah se-bisa mungkin adalah bahan yang bisa di daur ulang [recycling]. Recycling di sini bermakna bahwa penggunaan bahan baku komponen selain yang bisa di daur ulang juga komponen yang masih bisa di manfaatkan untuk kepentingan computer lainya [komponen masih bisa di jadikan spare part utuk komputer lainya].

  • Penggunaan energi alternative.Selain menggunakan sumber energi yang sudah ada di rumah2 [PLN], pemakaian computer juga bisa memanfaatkan sumber energi alternative lain yang lebih ramah lingkungan seperti; kincir angin, hydroelectric, panel photovoltaic, serta yang lainya.

  • Teknologi virtualizatin.
    Teknologi ini merupakan teknologi yang memungkinkan menjalankan beberapa computer logical didalam satu set hardware pemroses utama [CPU], dengan menggunakan teknologi ini berarti terdapat banyak keuntungan serta kelebihan yang di dapat.

  • Managemen penggunaan daya.
    Untuk jenis produk computer era sekarang, sudah di terapkan system managemen penggunaan daya yang lebih baik, ketika dalam keadaan idle, semua sistem akan di non-aktivkan, hal ini berarti penghematan daya.

  • Penggunaan hard ware low power
    Sejak tahun 2007 telah banyak bermunculan produk computer yang lebih hemat energi [low power], baik dalam jenis processor, storage, motherboard, chipst, video card, PSU, optical drive, monitor, dll

Sebagai solusi atas issue green computing ini, maka pada tahun 1992 pihak U.S. Environmental Protection Agency melakukan launching konsep Energy Star. Yaitu sebuah programn pelabelan yang dilakukan sebagai promosi dan identifikasi alat-alat elektronika khususnya yang memenuhi kaidah energy efficient. Implementasi dari alatnya adalah berupa ketersediaan pilihan sleep mode pada alat-alat tersebut. Selain konsepEnergy Star terdapat pula konsep TCO dari sebuag organisasi di Swedia yang memberikan sertifikasi TCO pada alat-alat yang memenuhi kaidah low magnetic and electrical emmisions. Penggunaan energy pada monitor menjadi fokus dari green computing mengingat sebagian besar catu daya yang dibutuhkan untuk sebuah sistem komputer digunakan untuk kepentingan monitor. Perusahaan Intel sendiri mengeluarkan sebuah release terhadap rata-rata penggunaan energi dari sebuah komputer dalam bentuk diagram dibawah ini :

Untuk mengimplementasikan konsep green computing, maka pimpinan atau penanggung jawab IT (CIO), selain melalui pemilihan alat-alat komputer yang mendukung konsep green computing, maka harus pula didukung oleh sejumlah kebijakan. Diantara kebijakan tersebut adalah :

  1. Menghitung dengan cermat jumlah energy/daya yang digunakan dalam infrastruktur TIK.

  2. Membiasakan untuk mematikan semua perlatan yang tidak sedang digunakan.

  3. Melakukan edukasi kepada staff tetang pentingnya saving energy dan recycling.

  4. Buatlah aturan/etiket untuk meminimalkan penggunaan output yang tidak perlu dari printer

  5. Lakukan langkah management untuk mengurangi konsumsi daya

  6. Senantiasa memilih alat-alat yang mendukung konsep energy saving

  7. Lakukan langkah manajemen yang baik dalam hal penanganan komputer yang telah usang. Pilihan untuk recondistion ataukah recycling perlatan harus senantiasa dipertimbangkan dengan baik.

Begitu kuatnya desakan para pemerhati lingkungan terhadap masalah green issue ini maka pada bidang komputer berdampak pula pada kampanye produk-produk perangkat keras terbaru komputer yang berlabelkan green computing alias komputer ramah lingkungan.Sebagi wujud dari issue green computing ini maka sejumlah produsen berusaha untuk memproduksi perlatan yang mendukung konsep green computing ini. Diantara sekian banyak produk salah satunya adalah Lenovo dengan seri ThinkCentre A61e. Seri Lenovo ini diclaim sebagai desktop terkecil, tercepat dan paling hemat energi diantara keluarga produknya. Hadir dengan ukuran sebesar buku telepon, ThinkCentre A61e menggunakan prosesor AMD Athlon 64 X2 45 watt dan Sempron yang mengefisiensikan penggunaan energi. PC ini hanya membutuhkan daya 45 watt energi. Bila komputer ini dipakai pada sebuah perusahaan maka diyakini akan dapat membantu mengurangi biaya energi tahunan sebesar 35%. ThinkCentre A61e ini mengandung 90% bahan yang dapat digunakan kembali dan dikemas kembali. Desktop tersebut menggunakan sebuah panel matahari untuk menyediakan daya.

Untuk menjaga upaya terus menerus dari terwujudnya konsep green computing maka terdapat satu lembagha non proft yaitu GCIO (Green Computing Impact Organization), sebuah lembaga non profit yang didedikasikan untuk membantu end user dari produk komputer agar lebih memiliki kepedulian terhadap konsep ramah lingkungan.

Sumber Bacaan :

Budihrt : http://budihrt.multiply.com/journal/item/
Wikipedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Green_computing
Indocommit : http://www.indocommit.com/indexpage.html?menu=29&idnews=2798&kid=
Worldchanging : http://www.worldchanging.com/archives/007573.html

0 komentar:

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com